Puasa adalah salah satu amalan yang di cintai oleh Alloh subhanahu wata'ala, karena Rosulullah shallallahu alaihi wasallam telah mengajarkan kepada kita beberapa macam bentuk puasa yang bisa amalkan sebagai bentuk ketaatan kita kepada Alloh.
Adapun bentuk-bentuk puasa tersebut diantaranya adalah puasa Ramadhan, puasa 6 hari di bulan syawal, puasa yaumul bidh, puasa di hari Arafah, puasa as syura, puasa dawud, puasa senin-kamis, dan puasa yang lainnya.
Puasa-puasa tersebut, jika kita amalkan dengan niat ikhlas karena Alloh dan berkesesuaian dengan petunjuk Rosulullah, in syaa Alloh akan mendatangkan pahala disisi Alloh.
Tapi tahukah anda, bahwa di masyarakat kita saat ini, ada bentuk-bentuk puasa yang justru tidak mendatangkan pahala, bahkan dapat mendatangkan kemurkaan Alloh.
Berikut beberapa bentuk puasa yang harus kita hindari agar kita tidak beramal dengan amalan yang sia-sia. diantaranya adalah amalan puasa yang tidak di niatkan murni untuk Alloh, seperti di niatkan untuk mendapatkan ilmu kedigdayaan, ilmu kebathinan, untuk memikat seorang wanita, untuk melancarkan usaha, dan niat-niat duniawi lainnya.
Allâh subhanahu wata'ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allâh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus. (Al-Bayyinah/98: 5)
Dari ‘Umar bin Al Khottob, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ ، وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah pada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah karena dunia yang ia cari-cari atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya berarti pada apa yang ia tuju (yaitu dunia dan wanita, pen)”. (HR Bukhori dan Muslim).
Lalu bentuk puasa lainnya yang harus kita hindari adalah puasa yang di lakukan dengan tidak mengikuti petunjuk Rosulullah shallallahu alaihi wasallam seperti yang telah kita kenal selama ini, misal : puasa mutih, yaitu bentuk puasa yang di lakukan dengan ketentuan hanya makan dengan nasi putih atau lauk yang berwarna putih dan air putih saja ketika sahur dan ketika berbuka.
Ada juga puasa ngebleng, dimana puasa ini di lakukan dengan tanpa terputus atau secara terus menerus dengan waktu yang telah di tentukan, seperti tiga hari sampai empat puluh hari. ada lagi puasa weton namanya, yaitu puasa yang di lakukan untuk memperingati hari kelahiran.
Lalu puasa lainnya adalah puasa ngrowot, yaitu jenis puasa yang di lakukan dengan menu vegetarian, bahkan cendrung menghindari jenis makanan hewani. selain vegetarian, puasa ini juga tidak di perkenankan untuk di beri tambahan perasa, seperti rasa asin, manis dan asam.
Mengapa puasa-puasa tersebut harus kita hindari??
di mana letak kesalahan puasa-puasa tersebut??
Letak kesalahannya yaitu yang pertama adalah adanya perbuatan mengharamkan apa-apa yang di halalkan oleh Alloh subhanahu wata'ala untuk kita konsumsi, yaitu berupa larangan untuk mengkonsumsi makanan selain dengan nasi putih dan air putih saja, lalu ada juga larangan memakan makanan hewani dan perasa makanan.
Seperti kita ketahui, bahwa hukum asal makan dan minum adalah halal sampai ada dalil yang mengharamkannya. artinya adalah setiap makanan dan minuman boleh kita konsumsi, kecuali makanan dan minuman yang di haramkan oleh Alloh, baik yang di haramkan ole Alloh di dalam Al Qur'an, as sunnah maupun ijma para ulama.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ أَرَأَيْتُم مَّا أَنزَلَ اللَّهُ لَكُم مِّن رِّزْقٍ فَجَعَلْتُم مِّنْهُ حَرَامًا وَحَلَالًا قُلْ آللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ ۖ أَمْ عَلَى اللَّهِ تَفْتَرُونَ وَمَا ظَنُّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Katakanlah, ‘Terangkanlah kepadaku tentang rizki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal.’ Katakanlah, ‘Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-ada saja terhadap Allah? Apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari Kiamat…” [Yunus: 59-60]
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ مَتَاعٌ قَلِيلٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, ‘Ini halal dan ini haram,’ untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka adzab yang pedih.” [An-Nahl: 116-117]
Lalu kesalahan lainnya adalah tidak adanya landasan yang syar'ie atas amal tersebut. seperti kita ketahui, bahwa asal ibadah adalah haram sampai ada dalil/ landasan atas perbuatan tersebut. Setiap amal ibadah akan di sertai landasan atas amal tersebut, karena Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda berpesan kepada umatnya untuk tidak mengerjakan sebuah amal, kecuali sudah jelas ada landasan hukum syar'ienya.
Dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.”(HR Bukhori dan Muslim)
Dalam riwayat lainnya juga disebutkan,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.”(HR Muslim)
Lalu kesalahan selanjutnya adalah karena ada unsur tasyabuh/ penyerupaan kepada kaum kuffar.
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269)
Seperti kita ketahui bahwa, puasa-puasa tersebut diatas merupakan bagian dari ajaran kejawen. dan tentunya bagi seorang muslim, ketika ia mengetahui bahwa amal tersebut merupakan bagian dari ajaran agama lain, dan bukan berasal dari islam, maka haram baginya untuk melakukan amalan tersebut.
Demikianlah beberapa bentuk puasa yang harus kita hindari, agar kita tidak beramal dengan amalan yang sia-sia. cukupkan diri kita dengan amal-amal yang berasal dari Alloh dan RosulNya, karena syarat di terimanya amal adalah ketika amal tersebut ikhlas dan berkesesuaian dengan petunjuk Rosulullah.
Alloh firman Allah,
لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Al Mulk: 2).
Al Fudhail bin iyadh, ketika beliau menafsirkan ayat diatas, beliau berkata, “yaitu amalan yang paling ikhlas dan showab (mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).”
Lalu Al Fudhail melanjutkan, “Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan tersebut tidak akan diterima. Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak akan diterima. Amalan barulah diterima jika terdapat syarat ikhlas dan showab.
Amalan dikatakan ikhlas apabila dikerjakan semata-mata karena Allah. Amalan dikatakan showab apabila mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Adapun amal-amal yang tidak ada landasannya, maka sebaiknya kita tinggalkan. tidak cukup bagi kita beramal dengan niat baik saja, karena kebaikan yang sejati adalah kebaikan yang bersumber dari Alloh dan RosulNya.
Ketahuilah, apa-apa yang telah Alloh perintahkan untuk kita kerjakan, maka itu merupakan sebuah kebaikan untuk kita, dan apa-apa yang Alloh perintahkan untuk kita tinggalkan, maka yakinilah itu pun merupakan kebaikan untuk kita.
Catatan tambahan :
Ketahuilah, jika kita senantiasa masih melakukan puasa-puasa yang terlarang tersebut, selain terancam akan terjatuh pada perbuatan yang di haramkan atau termasuk perbuatan yang sia-sia karena melakukan amalan yang tidak di contohkan, ada tambahan dampak buruk dari perbuatan tersebut, yaitu perbuatan tersebut merupakan sarana syetan untuk masuk ke dalam tubuh manusia. Dari pengalaman yang ada, orang-orang yang senantiasa melakuka.n perbuatan tersebut, ternyata mereka positif mengalami gangguan jin. Jika jin sudah masuk ke tubuh seorang manusia, maka akan banyak keburukan-keburukan yang akan mereka alami, diantaranya : gangguan pada fisik, gangguan pada perasaan dan pikiran, gangguan di waktu tidur dan yang utama adalah gangguan pada saat ibadah.
Jadi yang terbaik adalah segera jauhi amal persebut, agar kita terlindungi dari dampak buruk atas amal tersebut.
wallahu a'lam
Rendra Bukhori
Ruqyah Corner
🌎Website : Ruqyah Corner
www.inforuqyahsyariyyah.blogspot.com
Fb : Ruqyah Corner
IG : Ruqyah Corner
Youtube : Ruqyah Corner
0 komentar:
Posting Komentar